Social Icons

Pages

tesis manajemen SDM pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja karyawan sebagai variabel intervening

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting perusahaan karena
perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional
perusahaan. Agar perusahaan tetap eksis maka harus berani menghadapi
tantangan dan implikasinya yaitu menghadapi perubahan dan memenangkan
persaingan. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan seperti modal,
metode dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang optimum apabila tidak
didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kinerja yang optimum.
Douglas (2000) menjelaskan bahwa perusahaan membutuhkan karyawan
yang mempunyai kinerja ( job performance ) yang tinggi.
Don Carew, Fay Kandarian, Eunice  Parisi-Carew, dan Jesse Stoner
(2001) dalam Blanchard (2007), melakukan sebuah riset intensif untuk
mendefinisikan dan mengidentifikasikan nilai-nilai sebuah perusahaan
berkinerja tinggi. Sebagai hasil dari riset mereka, Don Carew, Kandarian,
Parisi Carew, dan Stoner menciptakan model “SCORES” perusahaan
berkinerja tinggi. “SCORES” adalah sebuah singkatan yang mewakili enam
buah elemen yang menjadi syarat di setiap perusahaan berkinerja tinggi, yaitu
: (1)  Shared Information and Open Communication / Informasi yang
Terdistribusi dan Komunikasi yang Terbuka, (2)  Compelling Vision / Visi
yang Meyakinkan, (3) Ongoing Learning / Pembelajaran Berkelanjutan, (4)
Relentless Focus on Customer  Results  / Fokus tanpa Henti kepada Kepuasan Pelanggan, (5) Energizing Systems and   Structures / Sistem dan Struktur yang
Memberi Semangat, (6) Shared Power and High Involvement / Kekuasaan
yang Didistribusikan dan Keterlibatan Tinggi.
Kinerja karyawan yang merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari
seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat berujud,
dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran
dan tenaga tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan suatu
persoalan, inovasi baru suatu produk barang atau jasa, bisa juga merupakan
penemuan atas prosedur kerja yang lebih efisien. Temuan hasil studi tentang
kinerja karyawan dipengaruhi oleh kepuasan kerja (Lawler dan Porter, 1969;
Lock, 1970; Trovik dan Mc.Givern, 1997). Penelitian lain menyimpulkan
bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh budaya organisasi / perusahaan
(Chen, 2004; Heather et.al, 2001). Kinerja karyawan dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan (Yammarino et.al, 1993; Humphreys, 2002; Bass et.al, 2003).
          Dalam  manajemen  kinerja  (Amstrong,  1994,  dalam  Surya  Dharma,
2005) istilah kompetensi mengacu kepada  dimensi perilaku dari sebuah peran
– perilaku yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan
pekerjaannya secara memuaskan. Menurut Surya Dharma (2005) kompetensi
adalah apa yang dibawa seseorang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk jenis
dan tingkatan perilaku yang berbeda. Ini harus dibedakan dari atribut tertentu
(pengetahuan, keahlian dan kepiawaian) yang dibutuhkan untuk
melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan suatu pekerjaan.
Kompetensi menentukan aspek-aspek proses dari kinerja suatu pekerjaan. Faktor penting yang menentukan kinerja karyawan dan kemampuan
organisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan menurut Bass  et al.
(2003), Locander  et al. (2002), serta Yammarino  et al.  (1993) adalah
kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan menggambarkan hubungan
antara pemimpin ( leader ) dengan yang di pimpin ( follower ) dan bagaimana
seorang pemimpin mengarahkan  follower  akan menentukan sejauh mana
follower  mencapai tujuan atau harapan pimpinan (Locander  et al  2002;
Yammarino et al 1993). Pemimpin mengembangkan dan mengarahkan
potensi dan kemampuan bawahan untuk mencapai bahkan melampaui tujuan
organisasi (Dvir  et al  2002). Ogbonna dan Harris (2000) melakukan
penelitian mengenai gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan kinerja pada
perusahaan-perusahaan di United kingdom. Dari hasil penelitiannya
ditemukan bahwa gaya kepemimpinan tidak berhubungan secara langsung
dengan kinerja. Namun demikian dalam hubungan antara budaya kompetitif
dan inovatif dengan kinerja organisasi ditemukan adanya hubungan positif
dan kuat.untuk selengkapnya bisa diklik DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar