Social Icons

Pages

Tesis Akuntansi ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan lingkungan bisnis diwarnai dengan ketidakpastian, persaingan
dan perubahan. Perusahaan dengan adanya sistem informasi (SI) akan memiliki
kemampuan untuk mendeteksi secara efektif kapan perubahan dunia bisnis
memerlukan tanggapan strategis. Informasi yang bersifat strategis diperlukan
perusahaan dalam kaitannya dengan kehidupan jangka panjang perusahaan
sehingga penggunaan SI diharapkan mampu memberi manfaat yang besar dalam
menghadapi dunia bisnis yang kompetitif tersebut. Hal tersebut menimbulkan
pemikiran akan kebutuhan investasi dalam SI. Keputusan akan investasi menjadi
hal yang sangat penting dalam suatu organisasi (Nunamaker dan Ralph, 1996;
Reick dan Izak, 1996).
Peran strategis SI adalah membantu pihak manajemen dalam menyediakan
informasi yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Perusahaan
perlu memikirkan bagaimana caranya agar SI yang telah dimiliki dan akan
dikembangkan bisa mencapai kesuksesan. Menurut Rockart (1988), teknologi
informasi mempunyai peran penting, karena dapat menjadi senjata strategis bagi
suatu perusahaan dalam memperoleh keunggulan bersaing.
Sistem informasi sangat berperan dalam bidang akuntansi. Statement of
Financial Accounting Concept No. 2, Financial Accounting Standard Board
mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi. Standar akuntansi keuangan tersebut juga disebutkan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk menyediakan
informasi bagi pengambil keputusan. Sistem informasi akan memberikan
kemudahaan bagi para akuntan manajemen untuk menghasilkan informasi
keuangan yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami dan teruji
sehingga akan membantu pengambilan keputusan. American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA) baru-baru ini telah membuat sertifikasi baru yaitu
Certified Information Technology Professional (CITP). CITP
mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan yang memiliki
pengetahuan luas di bidang teknologi dan yang memahami bagaimana teknologi
informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi. Hal ini mencerminkan
pengakuan AICPA atas pentingnya teknologi atau sistem informasi dan
hubungannya dengan akuntansi.
Beberapa literatur sistem akuntansi menyebutkan keunggulan dari
penggunaan SI berbasis komputer, antara lain: dapat memproses sejumlah
transaksi dengan cepat dan terintegrasi, dapat menyimpan dan mengambil data
dalam jumlah yang besar, dapat mengurangi kesalahan matematis, menghasilkan
laporan dengan tepat waktu dalam berbagai bentuk, serta dapat menjadi alat bantu
pengambilan keputusan khususnya untuk jenis masalah yang terstruktur
(Muntoro, 1994) dalam Sunarti (1998).
Nash dan Robert (1984) dalam Afrizon (2002) menyatakan bahwa SI
merupakan suatu kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media,
prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur
komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal
penting yang penting dan menyediakan suatu sumber dasar untuk pengambilan
keputusan yang cerdik.dst....

1.2 Rumusan Masalah
Kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuannya
untuk bersaing di pasar. Kemampuan bersaing memerlukan strategi yang dapat
memanfaatkan semua kekuatan dan peluang yang ada, serta menutup kelemahan
dan menetralisasi hambatan strategis dalam dinamika bisnis yang dihadapi. Semua
itu dapat dilakukan apabila manajemen mampu melakukan pengambilan
keputusan yang didasarkan pada informasi yang berkualitas. Informasi yang
berkualitas akan terbentuk dari adanya SI yang dirancang dengan baik.
Pengunaan SI dalam organisasi telah meningkat secara dramatis. Sejak tahun
1980-an, sekitar 50 persen modal baru digunakan untuk pengembangan SI
(Westland dan Clark, 2000) dalam Venkatesh et al., (2003). Sistem informasi  diadakan untuk menunjang aktifitas usaha di semua tingkatan organisasi.
Penggunaan SI mencakup sampai ke tingkat operasional untuk meningkatkan
kualitas produk serta produktivitas operasi. Oleh karena itu SI harus dapat
diterima dan digunakan oleh seluruh karyawan dalam organisasi sehingga
investasi yang besar untuk pengadaan SI akan diimbangi pula dengan
produktivitas yang besar pula.
Suatu organisasi perlu memperhatikan adanya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan SI sehingga tidak akan terjadi “productivity paradox”
yaitu investasi yang mahal di bidang SI tetapi menghasilkan return yang rendah.
Untuk itu perlu dilakukan pengujian empiris mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi minat pemanfaatan SI dan pengaruhnya terhadap penggunaan SI.
Adapun permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh positif signifikan ekspektasi kinerja,
ekspektasi usaha dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan SI ?
2. Apakah terdapat pengaruh positif signifikan kondisi-kondisi yang
memfasilitasi pemakai dan minat pemanfaatan SI terhadap penggunaan
sistem informasi ?

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Menemukan bukti empiris untuk menguji variabel ekspektasi kinerja,
ekspektasi usaha dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan SI.
2. Menemukan bukti empiris untuk menguji variabel kondisi-kondisi yang
memfasilitasi pemakai dan minat pemanfaatan SI terhadap penggunaan
SI.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang
berkaitan dengan SI yang berhubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan SI.
2. Memberikan kontribusi bagi manajemen perusahaan mengenai perilaku
individu dalam memanfaatkan SI untuk meningkatkan kinerja individu
dan organisasi.
3. Memberikan kontribusi bagi pengembang SI untuk memperhatikan
faktor-faktor yang dapat menpengaruhi penggunaan SI sehingga SI yang
dikembangkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini disajikan dalam lima bab yaitu bab pertama
pendahuluan, bab kedua telaah teoritis, bab ketiga metode penelitian, bab keempat
hasil penelitian dan pembahasan dan bab kelima adalah kesimpulan.
Pada bab pertama akan dijelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab
kedua akan dijelaskan tentang teori dasar SI, konsep dasar SI, sistem informasi
organisasi, pengembangan hipotesis dan kerangka konseptual. Pada bab ketiga
akan dikemukakan desain penelitian; populasi dan sampling penelitian; variabel
penelitian dan definisi operasional; instrumen penelitian; prosedur pengumpulan
data; dan teknik analisa data. Bab keempat akan diberikan analisis tentang statitsik
deskriptif variabel penelitian, hasil uji validitas dan reliabilitas, hasil pengujian
asumsi klasik, hasil pengujian hipotesis. Pada bab terakhir akan diberikan
kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan dan saran.

untuk selengkapnya hingga daftar pustaka DISINI

Tesis akuntansi PERBEDAAN PERSEPSI INTENSITAS MORAL MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN MORAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perhatian pada isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi secara
dramatis telah meningkat belakangan ini, terlebih setelah kasus skandal-skandal
global seperti kasus One-Tel, Harris Scarfe dan HIH di Australia, Parmalat di
Italia, AHold di Belanda, WorldCom, Global Crossing, Qwest, Dynergy, CMS
Energy, Tyco, Adelphia, Peregrine, Sunbeam dan Xerox di Amerika Serikat, yang
menarik perhatian begitu banyak pihak. Khusus untuk Amerika Serikat, sebuah
negara yang terkenal sangat transparan, ketat dalam penegakan hukum, patuh
menjalankan good corporate governance, dan Disclosure and Financial
Accounting-nya merupakan yang terbaik saat ini, telah dinodai oleh skandal
akuntansi terbesar sepanjang sejarah yang dilakukan Enron sekitar lima tahum
silam (Majalah Auditor, 2008, hal. 8-9).
Begitu pula di Indonesia, isu-isu etika dalam dunia bisnis belakangan ini
juga telah banyak menarik perhatian masyarakat. Contoh di dalam negeri adalah
kasus penggelembungan nilai (mark up) PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2001
(Arifin, 2005). Laba bersih dilaporkan sebesar Rp 132 miliar lebih, padahal
seharusnya hanyalah sebesar Rp 99,6 miliar. Berdasarkan hasil pemeriksaan
BAPEPAM, penggelembungan sebesar Rp 32,7 miliar tersebut berasal dari:
• Overstated atas penjualan pada Unit Industri Bahan Baku sebesar Rp 2,7
miliar,
• Overstated atas persediaan barang pada Unit Logistik Sentral sebesar Rp
23,9 miliar, dan • Overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated
atas penjualan sebesar Rp 10,7 miliar pada unit Pedagang Besar Farmasi
(PBF).
Perilaku moral para akuntan profesional penting untuk status dan
kredibilitasnya terhadap etika profesi akuntansi. Kasus-kasus akuntansi di atas
telah menimbulkan pertanyaan penting tentang pengembangan etika profesi
akuntan.
Arifin (2005) menyatakan bahwa para akuntan adalah salah satu profesi
yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan perusahaan (corporate
governance). Dalam hubungannya dengan prinsip good corporate governance
GCG), peran akuntan secara signifikan terlibat dalam berbagai aktivitas
penerapan prinsip-prinsip GCG. Terbongkarnya kasus–kasus khususnya ilmu
akuntansi yang terlibat dalam praktik manajemen laba memberikan kesadaran
tentang pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya
manusia yang cerdas dan bermoral. Prinsip-prinsip good corporate governance
menyatakan bahwa sikap independen, transparan, adil dan akuntabel harus
dimiliki oleh semua pengelola organisasi, baik swasta maupun pemerintah.
Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai
moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya
Ludigdo, 1999). Oleh karena itu, terjadinya berbagai kasus sebagaimana
disebutkan di atas, seharusnya memberi kesadaran untuk lebih memperhatikan
etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi akuntan. Sudibyo (1995) dalam
Hikmah (2002) mengemukakan bahwa dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika auditor. Ungkapan tersebut
mengisyaratkan bahwa sikap dan perilaku moral auditor (akuntan) dapat terbentuk
melalui proses pendidikan yang terjadi dalam lembaga pendidikan akuntansi,
dimana mahasiswa sebagai input, sedikit banyaknya akan memiliki keterkaitan
dengan akuntan yang dihasilkan sebagai output. dst.....

1.2. Perumusan Masalah
Intensitas moral memiliki pengaruh dalam mengenali isu moral melalui
pengenalan individu terhadap konsekuensi dari keputusannya. Untuk memulai
proses pembuatan keputusan moral, seseorang harus mampu untuk mengenali isu
moral. Isu moral muncul ketika tindakan seseorang dapat merugikan ataupun
menguntungkan orang lain.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Leitsch (2004), yang dilakukan terhadap mahasiswa jurusan akuntansi di
Northeast, Amerika. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang di lakukan
oleh Leitsch (2004) adalah terletak pada lokasi penelitian dan jumlah kelompok
sampel. Penelitian Leitsch (2004) dilakukan di Amerika, sedangkan penelitian ini
di lakukan di Indonesia. Sampel yang digunakan oleh Leitsch (2004) adalah
mahasiswa S1-akuntansi sedangkan penelitian ini menjadi tiga kelompok sampel,
yaitu mahasiswa S1-akuntansi, S2-akuntansi (Maksi), dan Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPA). Tiga kelompok sampel ini dipilih dengan alasan bahwa
mahasiswa akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro selain
mahasiswa S1-akuntansi, juga terdapat mahasiswa Maksi dan PPA.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah isu akuntansi memiliki dampak terhadap pentingnya komponen
Intensitas Moral dan Sensitivitas Moral yang dirasakan mahasiswa?
2. Apakah isu akuntansi memiliki dampak terhadap pentingnya komponen
Intensitas Moral dan Pertimbangan Moral yang dirasakan mahasiswa?
3. Apakah isu akuntansi memiliki dampak terhadap pentingnya komponen
Intensitas Moral dan Intensi Moral yang dirasakan mahasiswa?

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh isu akuntansi dengan komponen Intensitas
Moral sebagaimana Sensitivitas Moral, Pertimbangan Moral, dan Intensi Moral
mahasiswa jurusan akuntansi, memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai dampak isu
akuntansi terhadap persepsi pentingnya komponen Intensitas Moral
dan Sensitivitas Moral yang dirasakan mahasiswa.
2. Menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai dampak isu
akuntansi terhadap persepsi pentingnya komponen Intensitas Moral
dan Pertimbangan Moral yang dirasakan mahasiswa.
3. Menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai dampak isu
akuntansi terhadap persepsi pentingnya komponen Intensitas Moral
dan Intensi Moral yang dirasakan mahasiswa.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Pengembangan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan teori, terutama dalam bidang akuntansi perilaku dan etika
mengenai variable-variabel yang signifikan dalam menjelaskan dampak isu
akuntansi terhadap Intensitas Moral dengan Sensitivitas Moral, Pertimbangan Moral, dan Intensi Moral mahasiswa akuntansi serta diharapkan dapat dipakai
sebagai acuan untuk riset-riset mendatang.
1.4.2. Pengembangan Praktik
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi
praktis bagi Universitas Diponegoro dan Fakultas Ekonomi pada khususnya
dalam mendorong Intensitas Moral, Sensitivitas Moral, Pertimbangan Moral, dan
Intensi Moral bagi mahasiswa akuntansi agar dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik mengenai pengaruh proses pembuatan keputusan moral dalam bidang
akuntansi, sehingga mereka dapat mengembangkan perilaku etisnya dalam
rangka memelihara integritas pribadi dan profesinya.

untuk selengkapnya hingga daftar pustaka klik DISINI

Tesis Akuntansi ANALISIS FAKTOR PAJAK DAN FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT UTANG PADA PERUSAHAAN- PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham preferen dan
saham biasa, sehingga kebijakan struktur modal mempunyai peran yang cukup penting
bagi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Indonesia sebagai negara
yang sedang berkembang menunjukkan fenomena yang cukup menarik, yaitu adanya
tingkat utang yang tinggi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Secara empiris
telah dilakukan penelitian oleh Agustinus Setiawan (2006) perbandingan total utang
(Total Debt=TD) terhadap total asset (TA) dari 75 perusahaan manufaktur di
Indonesia yang terdaftar di BEJ tahun 1994 sampai dengan tahun 2000.
TABEL....
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum dan sesudah krisis,
perusahaan di Indonesia mempunyai tingkat jumlah/total utang yang cukup tinggi bila
dibandingkan total assetnya. Pada tahun 1994 tingkat total utang dibandingkan total
assetnya dengan nilai 0,6788 atau 67,88 % setelah masa krisis ekonomi yaitu tahun 2000 tingkat total utang dibandingkan total assetnya naik dengan nilai 0,7881 atau
78,81%.
Tingginya tingkat utang pada perusahaan-perusahaan di Indonesia merupakan
suatu fenomena keuangan yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian. Penelitianpenelitian
terdahulu umumnya dilakukan pada negara-negara maju sedangkan penelitian
pada negara-negara berkembang masih jarang dilakukan (Pandey, 2003). Selama krisis
ekonomi sekitar tahun 1998 perusahaan- perusahaan yang mempunyai tingkat utang
yang tinggi mengalami kesulitan likuiditas dibandingkan dengan perusahaan yang
hanya mempunyai tingkat utang yang rendah. Selama masa itu, perusahaan yang
mempunyai komposisi utang yang besar banyak yang mengalami kepailitan. Berangkat
dari kenyataan ini menunjukkan bahwa kebijakan utang memainkan peran yang cukup
penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Banyak faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan struktur modal yang secara umum terdiri dari faktor stabilitas
penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian,
sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan
dan fleksibilitas keuangan ( Brigham dan Houston, 2001;39).
Pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak yang
dapat dipaksakan dengan Undang-undang dan merupakan pengorbanan sumber daya
ekonomis yang tidak memberikan imbalan (kontraprestasi) secara langsung bagi
perusahaan. Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan sistem ”Self Assessment”
khususnya pajak penghasilan dalam hal ini untuk penentuan jumlah besarnya pajak
terhutang ditentukan oleh wajib pajak sendiri. Salah satu cara untuk mencapai
efesiensi perhitungan kewajiban pajak yang dibayar oleh perusahaan adalah dengan
melakukan manajemen pajak (Endang Kiswara, 2006). Efesiensi penghitungan pajak karena perusahaan diterapkan tarif pajak tertinggi pada umumnya dilakukan oleh
perusahaan yang dimiliki oleh individu atau keluarga karena motif untuk mencari
keuntungan pribadi sangat tinggi dari efesiensi perhitungan pajak tersebut. Djankov
dan Lang (1999) meneliti konsentrasi kepemilikan perusahaan di Asia Tenggara yang
ternyata didominasi oleh perusahaan keluarga, hal ini merupakan fenomena riil
perusahaan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Agustinus Setiawan (2006)
meneliti konsentrasi kepemilikan perusahaan yang terdaftar di BEJ sebelum dan
sesudah krisis moneter, sebelum krisis moneter (tahun 1993-1996) kepemilikan publik
27,35 % sesudah krisis moneter(tahun 1997-2001) kepemilikan publik 29,91% atau
kepemilikan masih didominasi oleh perusahaan keluarga di atas 70% baik sebelum dan
sesudah krisis moneter. Oleh karena itu perusahaan yang terdaftar di BEJ juga
mempunyai kesempatan untuk melakukan efesiensi perhitungan pajak, karena
perusahaan yang terdaftar di BEJ mayoritas masih dimiliki oleh keluarga dan sebagian
kecil oleh publik dst....

1.2. Perumusan Masalah
Pengalaman empiris yang terjadi di Indonesia membuktikan bahwa hutang
memainkan peran yang cukup penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Faktor  pajak dengan system Self assessment dengan tarif pajak progresif memberikan peluang
perusahaan untuk melakukan efesiensi pembayaran pajak karena besarnya jumlah pajak
yang terhutang ditentukan oleh perusahaan sendiri. Terdapat beberapa faktor-faktor
yang terdiri : Corporate Tax Rate, non-debt tax shield, profitability, Investment
Opportunity Set (IOS) yang saling kontradiktif yang berpengaruh terhadap leverage dan
adanya fenomena keuangan di atas juga memberikan satu dorongan untuk dilakukan
penelitian tentang kebijakan utang pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Berdasarkan data struktur modal pada perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ serta teori-teori yang melandasinya dan dari hasil penelitian
terdahulu, dalam penelitian ini permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Apakah Corporate Tax Rate berpengaruh terhadap rasio utang (leverage).
b) Apakah Non-debt tax shield berpengaruh terhadap leverage.
c) Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap leverage.
d) Apakah Profitability perusahaan berpengaruh terhadap leverage.
e) Apakah Past debt berpengaruh terhadap rasio utang leverage.
f) Apakah Corporate Tax Rate , Non-debt tax shield, Investment Opportunity Set
(IOS), Profitability, dan Past debt secara bersama-sama berpengaruh terhadap
leverage.

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Corporate Tax Rate terhadap
leverage.
2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Non-debt tax shield terhadap
leverage.
3. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)
terhadap leverage.
4. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh profitability terhadap leverage.
5. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Past debt terhadap leverage.
6. Untuk membuktikan secara empiris Corporate Tax Rate , Non-debt tax shield,
Investment Opportunity Set (IOS), Profitability, dan Past debt secara bersamasama
berpengaruh terhadap leverage.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai kontribusi atas hasil penelitian berdasarkan teori struktur modal pada
negara berkembang.
2. Sebagai informasi tentang perilaku keuangan perusahaan di Indonesia.
3. Sebagai sumbangan pengetahuan dalam praktek di perusahaan sehubungan dengan
kecenderungan pilihan atas utang yang umum terjadi di Indonesia.

1.5. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disajikan dalam lima bagian. Bab satu, pendahuluan yang
berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan tesis. Bab dua, membahas mengenai tinjauan
pustaka yang di dalamnya terdapat hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori dan
penelitian sebelumnya secara spesifik.
Bab tiga dari penelitian ini membahas mengenai metode penelitian. Di dalam
metode penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai populasi dan prosedur penentuan sampel, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, definisi
operasional, teknik analisis. Bab empat dalam penelitian ini, menyajikan pembahasan
hasil penelitian dan pembahasannya yang secara spesifik berisikan sampel data, uji
hipotesis, serta interpretasi hasil penelitian. Bab lima merupakan bagian akhir
penelitian yang mengikhtisarkan kesimpulan yang dapat diambil dari temuan peneliti,
keterabatasan penelitian dan saran yang dapat diberikan kepada peneliti-peneliti
selanjutnya.

untuk selengkapnya hingga daftar pustaka klik DISINI


Tesis pendidikan HUBUNGAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA DENGAN REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN INFORMASI LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil keputusan
investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan keuangan
yang dipublikasikan. Jika laporan keuangan bermanfaat, maka komponen-komponen
yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut mempunyai kandungan informasi yang
akan direaksi oleh para pelaku pasar. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan
return sebagai nilai perubahan harga saham atau dengan menggunakan abnormal
return (Jogiyanto, 2000). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ball dan Brown (1968)
yang menyatakan bahwa pengumuman laporan keuangan memiliki kandungan
informasi, yang reaksinya ditunjukkan dengan naiknya perdagangan saham dan
variabilitas return saham pada minggu saat pengumuman laporan keuangan.
Selain bermanfaat bagi investor pasar modal, laporan keuangan juga
merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan manajemen
atas sumberdaya pemilik (Belkaoui, 1993).
Semua elemen dalam laporan keuangan pada dasarnya merupakan media
yang diperlukan untuk pertanggungjawaban manajemen tersebut, tetapi, perhatian
investor lebih sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur
yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie, et al, 1994).
Hal ini disebabkan informasi laba atau laba historis berguna untuk mengukur
efisiensi manajemen, membantu memprediksi keadaan usaha dan distribusi deviden
di masa yang akan datang, mengukur keberhasilan manajemen, serta sebagai acuan pengambilan keputusan ekonomis di masa yang akan datang (Hendriksen dan Van
Breda, 1992). Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomer 1 juga
menyatakan bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam
menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen serta membantu pemilik atau
pihak-pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di
masa yang akan datang.
Kecenderungan investor dan pihak ekstern lainnya yang lebih berfokus pada
informasi laba, memicu manajemen melakukan disfunctional behaviour berupa
manajemen laba (earning management) atau manipulasi laba (earnings
manipulation) untuk menghasilkan laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan
(Bartov,1993).
Upaya untuk merekayasa atau memanipulasi laba tersebut dapat terjadi
karena metode akuntansi memberi peluang bagi manajemen untuk melibatkan unsur
subyektifitas dalam membuat estimasi-estimasi (Worthy, 1984). Selain itu, perilaku
memanipulasi laba ini juga timbul karena adanya asimetri informasi (information
asymetri) yang tinggi antara manajemen dengan pihak lain yang tidak mempunyai
sumber atau akses informasi yang memadai untuk memonitor tindakan manajemen
(Richardson,1998). Akibatnya, manajemen akan berusaha memanipulasi laporan
kinerja perusahaan untuk kepentingannya sendiri (Morris, 1987).
Menurut Scott (1997), pemilihan kebijakan akuntansi dalam praktik
manajemen laba dapat dilakukan dengan pendekatan pemilihan metode akuntansi
maupun dengan pendekatan rekayasa discretionary accrual. Beberapa penelitian
akuntansi positif juga menyatakan bahwa manajer melakukan manipulasi laba (earning management) dengan menggunakan strategi income smoothing (Trueman
dan Titman, 1988) dan strategi discetionary accrual (Healy, 1985). dst....

1.2 Perumusan Masalah
Manajemen laba yang digunakan manajer untuk menyampaikan informasi
privat mereka mengenai kondisi perusahaan dapat direaksi oleh pasar jika para
investor mengetahui kondisi perusahaan yang dilaporkan dalam informasi laba
berbeda dengan kondisi yang sesungguhnya. Selain itu, perusahaan besar dipandang
lebih banyak melakukan praktek manajemen laba karena perusahaan besar lebih
banyak mendapat sorotan dari pemerintah dan publik. Sehingga, pasar akan lebih
memberikan reaksi terhadap perusahaan besar yang melakukan praktek manajemen
laba.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah reaksi pasar atas perusahaan yang melakukan manajemen laba
berbeda dengan reaksi pasar atas perusahaan yang tidak melakukan
manajemen laba ?
2. Apakah reaksi pasar atas perusahaan yang mempunyai akrual diskresioner
menurunkan laba berbeda dengan reaksi pasar atas perusahaan yang
mempunyai akrual diskresioner menaikkan laba ?
3. Apakah reaksi pasar atas perusahaan besar yang melakukan manajemen
laba berbeda dengan reaksi pasar atas perusahaan kecil yang melakukan
manajemen laba ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis ada tidaknya perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang
melakukan manajemen laba dengan yang tidak melakukan manajemen
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Menganalisis ada tidaknya perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang
mempunyai akrual diskresioner menurunkan laba dengan perusahaan
yang mempunyai akrual diskresioner menaikkan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
3. Menganalisis ada tidaknya perbedaan reaksi pasar antara perusahaan
besar yang melakukan manajemen laba dengan perusahaan kecil yang
melakukan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan studi dengan memberikan bukti empiris mengenai
signaling theory di pasar modal Indonesia terkait dengan reaksi pasar atas
pengumuman informasi laba yang mengandung earning management.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk kajian penelitian selanjutnya, khususnya penelitian
di bidang akuntansi keuangan dan pasar modal.
3. Bagi investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar
modal, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
membuat keputusan investasi, terutama yang terkait dengan pengaruh
praktik manajemen laba terhadap return investasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri atas lima bagian. Pertama, bagian pendahuluan yang berisi
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan. Kedua, bagian tinjauan pustaka yang berisi telaah teori,
penelitian-penelitian sebelumnya, serta kerangka pemikiran teoritis dan
pengembangan hipotesis penelitian. Ketiga, bagian metode penelitian yang berisi
populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, variabel penelitian dan
definisi operasional variabel, serta teknik analisa data. Keempat, bagian hasil
penelitian dan pembahasan yang berisi gambaran umum sampel penelitian, statistik
deskriptif, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Kelima, bagian penutup yang berisi
kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
 untuk selengkapnya hingga daftar pustaka klik DISINI

Tesis Akuntansi PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJEMEN, INSTITUSI, DAN LEVERAGE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pihak yang berkepentingan. Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pihakpihak
yang berkepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Perusahaan juga harus
melaksanakan tanggung jawab sosial antara lain peduli terhadap masyarakat dan
kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan
dan pelaksanaan yang memadai.
Timbulnya permasalahan pencemaran lingkungan di Indonesia perlu dikaji
secara mendalam supaya dapat dilakukan tindakan pencegahan dan perbaikan yang
tepat. Usaha dari pihak regulasi untuk melestarikan dan mengembangkan
kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang telah dilakukan
dengan menetapkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Aturan pelaksanaan lebih lanjut telah Pada literature menunjukkan bahwa para manajemen tetap pada tingkat
kepemilikan yang relative kecil (Morck,Shleifer dan Vishny: 1988), Selain tingkat
kepemilikan yang tetap, peningkatan pada kepemilikan manajemen dilakukan untuk
mendapatkan batasan keuntungan dari manajemen dengan tujuan meningkatkan nilai
perusahaan. Jika pengeluaran untuk CSR berada pada suatu titik yang mana akan
mengurangi nilai perusahaan, maka batasan yang ada telah dicapai, maka dapat
ditemukan hubungan negative kepemilikan manajemen terhadap pengeluaran CSR.
(Hartzell dan starks: 2003) dan (Bhojraj dan Sengupta: 2003) menyatakan sebagian
kecil penanam saham individu tidak mempunyai pengaruh yang banyak dalam proses
pengambilan keputusan perusahaan, ada beberapa bukti bahwa lembaga / perusahaan
juga berperan dalam mengurangi konflik kepentingan.
Shleifer dan Vishny (1986) menyatakan bahwa pemegang saham terbesar
mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan.
Menurut Sheifer dan Vishny dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para
pemegang saham besar seperti institutional investors akan dapat memonitor tim
manajemen secara efektif, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi
takeover. Dengan demikian, tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dari
persentase saham yang dimiliki oleh institutional investor akan menyebabkan tingkat
monitor lebih efektif (Grief dan Zychowicz, 1994)
Struktur modal dari sebuah perusahaan yang dapat mempengaruhi
pengeluaran atas biaya CSR. Mengacu pada Jensen (1986) dan Zweibel (1996),
menyatakan bahwa saat perusahaan mempunyai utang bunga yang tinggi,
kemampuan manajemen untuk berinvestasi lebih pada program CSR adalah terbatas.
Diamond (1991) dan Gilson (1990) menyatakan bahwa tingginya tingkat suku bunga utang juga mendorong kreditur untuk berperan aktif untuk mengawasi perusahaan
(manajemen).
Komposisi modal atau pendanaan perusahaan mempengaruhi pengungkapan
tanggung jawab sosial. Sebagai contoh, Belkaoui Dan Karpik (1989) mengasumsikan
perjanjian keuangan yang bersifat membatasi, bahwa persetujuan dalam utang
perusahaan bisa membatasi perpindahan kekayaan oleh manajemen antara pemegang
saham dan debtholders, dan mengusulkan hipotesis jika utang besar, aktivitas sosial
dan pengungkapan yang terkait dengannya mungkin dikurangi. Kemudian mereka
menguji hubungan antara leverage (total utang/total harta) dan pengungkapan
tanggung jawab sosial. Hasil mereka mendukung hipotesis bahwa leverage yang
lebih tinggi mempunyai hubungan negatif ke CSR. dst....

1.2 Rumusan Masalah
Demsetz (1983) dan Fama dan Jensen (1983) menyatakan , tingkat
kepemilikan manajemen yang tinggi cenderung untuk tetap bertahan, manajemen
akan melakukan program CSR dengan mudah. (Morck,Shleifer dan Vishny: 1988)
menyatakan bahwa, jika pengeluaran untuk CSR berada pada suatu titik yang akan
mengurangi nilai perusahaan, maka batasan yang ada telah dicapai, maka dapat
ditemukan hubungan negative kepemilikan manajemen terhadap pengeluaran CSR.
Barnea dan Rubin (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen berhubungan
nagatif terhadap CSR
Hartzell dan starks (2003) dan Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan
sebagian kecil penanam saham perseorangan tidak mempunyai pengaruh yang
banyak dalam proses pengambilan keputusan perusahaan, ada beberapa bukti bahwa
lembaga / perusahaan juga berperan dalam mengurangi konflik kepentingan. Jensen
(1986) dan Zweibel (1996), menyatakan bahwa saat perusahaan mempunyai utang
bunga yang tinggi, kemampuan manajemen untuk berinvestasi lebih pada program
CSR adalah terbatas. Anggraini (2006) menyatakan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial.

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap corporate social
responsibility?
2. Apakah kepemilikan institusi berpengaruh terhadap corporate social
responsibility?
3. Apakah tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap corporate social
responsibility ?
Selain rumusan masalah yang diatas, penelitian ini menggunakan variabel
kontrol, variabel yang digunakan adalah Total Asset, Nilai pasar terhadap nilai buku,
perubahan return, dan umur perusahaan. Selain variabel dependen dan independen,
masih ada faktor lain yang sangat menentukan untuk mengetahui hubungan antar
variabel yang sebenarnya, maka di sini perlu menyertakan faktor itu sebagai variabel
kontrol.

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan menguji dan
memperoleh bukti empiris tentang:
1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajemen terhadap corporate
social responsibility.
2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusi terhadap corporate social
responsibility.
3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat leverage perusahaan terhadap
corporate social responsibility.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Kontribusi pada pengembangan teori, terutama dalam bidang akuntansi
mengenai pengaruh kepemilikan manajemen, institusi, dan leverage terhadap
CSR, dan diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk riset-riset
mendatang.
2. Kontribusi bagi pengembangan praktik, diharapkan akan memberikan
kontribusi bagi manajemen perusahaan untuk memberikan wawasan dalam
hal kepemilikan manajemen, institusi, dan leverage yang berpengaruh
terhadap CSR.
3. Dengan hasil analisis ini diharapkan, dapat meningkatkan kesadaran
perusahaan akan pentingnya melakukan tanggung jawab sosial perusahaan.

untuk selengkapnya hingga daftar pustaka klik DISINI

Tesis Akuntansi MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN MANAJEMEN LABA STUDI PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN 

 1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara pemilik
dan pengelola dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problems). Masalah
tersebut yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara principal (pemilik atau pemegang
saham) dan agent (manajer). Jensen dan Meckling (1976) memandang baik principal
dan agent merupakan pemaksimum kesejahteraan diri sendiri, sehingga ada
kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal.
Konflik ini juga tidak terlepas dari kecenderungan manajer untuk mencari
keuntungan sendiri (moral hazard) dengan mengorbankan kepentingan pihak lain.
Hal ini terjadi karena walaupun manajer memperoleh kompensasi dari pekerjaannya,
namun pada kenyataannya perubahan kemakmuran manajer sangat kecil
dibandingkan perubahan kemakmuran pemilik/pemegang saham (Jensen dan
Murphy, 1990). Hal ini didukung pula dengan beberapa penelitian akuntansi positif
yang menemukan bahwa manajer melakukan manajemen laba (earning
management), seperti strategi discretionary accrual (Healy, 1985) atau strategi
perataan laba (income smoothing) (Trueman dan Titman, 1988) untuk memperbesar
kemakmurannya (Sugiri, 1998).
Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu
dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sebagai
dasar kinerja perusahaan. Hal ini berakibat menyesatkan pemilik atau pemegang
saham (shareholders), atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen,1998).
Manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberi keleluasaan untuk
memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam mencatat dan
mengungkapkan informasi keuangan privat yang dimilikinya. Selain itu perilaku
manipulasi ini juga terjadi karena adanya asimetri informasi (information asymmetry)
yang tinggi antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber,
dorongan, atau akses yang memadai terhadap informasi untuk memonitor tindakan
manajer (Richardson, 1998). Hal ini menyebabkan manajemen akan berusaha
memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri
(Morris, 1987)
Motivasi yang mendorong pihak manajemen melakukan aktivitas manajemen
laba seperti yang diungkapkan oleh Scott (2000), adalah:
1. Motivasi Program Bonus (Bonus Plan Motivations)
Healy (1985) dalam papernya "The Effect of Bonus Scheme on
Accounting Decision" telah membuktikan secara empiris bahwa manajer
mempunyai informasi inside atas laba bersih perusahaan sebelum melakukan
manajemen laba. Healy memprediksi manajemen akan secara oportunistik
mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan
program kompensasi perusahaan.
2. Motivasi Perjanjian Hutang (Debt Covenant Motivations)
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian hutang timbul
dari kontrak hutang jangka panjang. Perjanjian hutang bertujuan untuk
melindungi pemberi pinjaman terhadap tindakan manajer. Manajemen laba untuk tujuan covenant diprediksi oleh debt covenant hypothesis dalam teori
akuntansi positif (Watt dan Zimmerman, 1986). Pelanggaran terhadap
covenant menimbulkan kos yang tinggi bagi perusahaan, oleh karena itu
manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap
covenant. Tentu saja manajer akan menggunakan manajemen laba sebagai
alat untuk mengurangi probabilitas pelanggaran covenant dalam kontrak
hutang jangka panjang.
3. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan yang secara politik cukup terpandang di mata publik, akan
sangat mudah untuk diamati. Beberapa perusahaan seperti ini menginginkan
mengelola laba untuk menurunkan visibilitasnya. Hal ini terutama diperlukan
pada periode kemakmuran mereka dengan menggunakan prosedur dan
praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih mereka.
Sebaliknya, publik akan menekan pemerintah untuk meningkatkan regulasi
atau cara lain dengan tujuan untuk menurunkan profitabilitas mereka.
Motivasi ini didasari oleh hipotesis kos politik (political cost hypothesis)
dalam teori akuntansi positif (Watt dan Zimmerman, 1986).
4. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)
Motivasi pajak barangkali merupakan motivasi manajemen laba yang
paling jelas. Namun demikian, otoritas pajak cenderung untuk memaksakan
aturan akuntansi mereka sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak.
Dengan demikian akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk melakukan dst.....

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba?
2. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba?
3. Apakah ada pengaruh pembentukan komisaris independen terhadap manajemen
laba?
4. Apakah ada pengaruh pembentukan komite audit terhadap manajemen laba?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.
2. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba
3. Untuk menguji pengaruh pembentukan komisaris independen terhadap
manajemen laba.
4. Untuk menguji pengaruh pembentukan komite audit terhadap manajemen laba.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Bagi investor, penelitian ini memberikan manfaat dalam membuat keputusan
investasi ketika laporan yang diumumkan oleh emiten terdapat kegiatan
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
2. Bagi regulator, penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi kekurangan
peraturan tentang kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit
dan komisaris independen dalam rangka pelaksanaan tata pengelolaan
perusahaan yang lebih baik.
3. Bagi akademisi, penelitian ini memberikan bukti tambahan tentang manajemen
laba, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen,
komite audit perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ.
1.5. Sistematika Penulisan Tesis
Penulisan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi V bab dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
Perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka, bab ini membahas telaah teoritis, kerangka
pemikiran teoritis dan pengembangan hipotesis.
Bab III : Metode penelitian, bab ini meliputi populasi dan prosedur
penentuan sampel, jenis dan sumber data, prosedur
pengumpulan data, definisi operasional variabel, teknik analisis
data, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis.
Bab IV : Pembahasan dan hasil penelitian, bab ini berisi, statistik
deskriptif, pengujian dalam analisi model regresi dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis.
Bab V : Penutup, bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang
diperoleh, keterbatasan dan saran untuk penelitian yang akan
datang.

untuk selengkapnya shingga daftar pustaka  klik DISINI

Tesis Akuntansi HUBUNGAN STRATEGI OUTSOURCING INFORMATION TECHNOLOGY DAN KEBERHASILAN OUTSOURCING INFORMATION TECHNOLOGY (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEJ)

BAB I
PENDAHULUAN

  Latar Belakang Masalah
Menurut Budianto dan Murtanto (2000) kita saat ini berada dalam jaman  smart
technology, suatu masa dimana  information technology  (IT) telah memberikan
keleluasaan luar biasa bagi organisasi untuk berkreasi dalam berbagai kegiatan, seperti
transaksi bisnis, kemitraan bisnis, bahkan penciptaan bisnis baru. IT dapat digunakan
untuk mengintegrasikan kerja, baik secara vertikal maupun horizontal, hal ini
menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan IT,  setiap organisasi dapat menyajikan
informasi secara tepat dan akurat.  
Peningkatan kebutuhan  IT telah merubah konsep tradisional menjadi konsep
yang lebih modern. Konsep tradisional menyatakan, semua aktivitas perusahaan akan
dikerjakan secara internal, sedangkan konsep modern menyatakan akan semakin sedikit
operasional kerja yang dilakukan secara internal (Burn dan Ash, 2000; Georgantzas,
2001; Tetteh dan Burn, 2001). Konsep modern tersebut menggambarkan bahwa fungsi
bisnis dalam perusahaan yang memberikan keunggulan bersaing saja yang harus
dikerjakan secara internal, namun fungsi  bisnis lainnya dalam perusahaan dapat
dlakukan secara  outsourcing (Ching  et al. 1996). Beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan perusahaan secara  outsourcing  diantaranya adalah aktivitas bisnis yang
berhubungan dengan sistem informasi manajemen (Reyes, et al. 2005). 
Outsourcing IT saat ini sudah menjadi tren di dunia, dan  Outsourcing  IT
sebetulnya bukan hal baru di Indonesia (e-Enterprice, 2003). Menurut King (2001)
kebanyakan dari para peneliti menyatakan bahwa kita saat ini sudah berada dalam era outsourcing. Hal ini didukung dengan gambaran analisa nilai transaksi pasar komputer
dimasa yang akan datang, menunjukkan pertumbuhan strategi outsourcing yang sangat
menjanjikan, setidaknya untuk beberapa tahun kedepan (Reyes et al. 2005).
Sehubungan dengan berkembangnya praktik outsourcing IT, riset tentang strategi
outsourcing  IT telah mengidentifikasi beberapa cara penting bagaimana
menghubungkan pengaruh antara penerapan strategi  outsourcing IT terhadap
keberhasilan dari strategi  outsourcing tersebut (Lee  et al. 2004). Hal ini dilakukan
untuk menentukan bagian dari fungsi IT mana saja yang akan diterapkan dengan
strategi outsourcing dan bagian dari fungsi IT mana yang tidak dilakukan outsourcing
(Lacity dan Willcocks, 1998).
Hubungan antara strategi dan keberhasilan  outsourcing  IT dalam bidang
akuntansi, seringkali dikaitkan pada  sudut pandang transaksi biaya ekonomis
(transaction cost economics atau TCE) (Ang dan Straub 1998).  TCE dipakai sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan transaksi kepemilikan suatu aset dengan
melakukan integrasi vertikal terhadap pihak  luar perusahaan. Integrasi vertikal yang
efektif antara suatu perusahaan terhadap pihak luar dapat meminimalkan biaya
transaksi, sehingga salah satu tolok ukur keberhasilan  outsourcing IT suatu perusahaan
adalah nilai kinerja ekonomi yang dihasilkan.
Riset mengenai outsourcing IT berkembang dengan pesat dimulai dari penelitian
yang dilakukan oleh Loh dan Venkatraman  (1992) meneliti tentang faktor-faktor dari
outsourcing  IT, dalam penelitiannya Loh dan Venkatraman mengembangkan dan
menguji model untuk faktor-faktor outsourcing IT berdasarkan integrasi konteks bisnis
dan perspektif IT. Secara khusus Loh  dan Venkatraman menjelaskan tingkat
outsourcing  IT dengan menggunakan konteks bisnis dan kompentensi IT sebagai representasi dari struktur biaya dan kinerja ekonomi. Loh dan Venkatraman juga
menambahkan bahwa outsourcing IT juga dipengaruhi oleh business governance. dst.....
  Rumusan Masalah
Sudah diuraikan dalam latar belakang di atas, bahwa praktek  outsourcing  IT
sudah berkembang dengan pesat,  bahkan di Indonesia praktek  outsourcing IT bukan
lagi merupakan hal baru. Perkembangan praktik  outsourcing  IT tidak terlepas dari kebutuhan yang timbul dari para pengguna jasa IT serta manfaat yang bisa mereka
terima. Searah dengan perkembangan praktik outsourcing IT, riset tentang startegi dan
keberhasilan  outsourcing  IT juga telah berkembang dengan pesat, diawali dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lacity dan Willcocks (1998) yang melakukan
investigasi empirik mengenai praktek sourcing IT, hingga berkambang pada penelitian
yang menjelaskan hubungan starategi dan keberhasilan  outsourcing  IT seperti yang
dilakukan oleh Lee  et al. (2004), dan penelitian-penelitian lain yang juga menyoroti
berbagai strategi dan tingkat keberhasilan dari praktik  outsourcing  IT, termasuk
menyoroti berbagai resiko yang mungkin terjadi dari praktik  outsourcing  IT.
Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dan untuk menjawab
permasalahan penelitan, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1.  Apakah terdapat hubungan antara dimensi strategi outsourcing IT terhadap dimensi
keberhasilan outsourcing IT.
2.  Apakah jenis industri, ukuran perusahaan dan ukuran fungsional IT memoderasi
hubungan antara dimensi strategi  outsourcing  IT terhadap dimensi keberhasilan
outsourcing IT.

  Tujuan Penelitian
Penelitian tentang hubungan antara dimensi strategi  outsourcing  IT terhadap
dimensi keberhasilan strategi outsourcing IT dengan jenis industri, ukuran perusahaan
dan ukuran fungsional IT sebagai variabel moderating mempunyai beberapa tujuan
sebagai berikut:
1.  Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah dimensi strategi  outsourcing  IT
mempunyai hubungan terhadap dimensi keberhasilan outsourcing IT. 2.  Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah jenis industri memoderasi hubungan
dari dimensi strategi outsourcing IT atas dimensi keberhasilan outsourcing IT.
3.  Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan memoderasi
hubungan dari dimensi strategi  outsourcing  IT terhadap dimensi keberhasilan
outsourcing IT.
4.  Menguji dan memperoleh bukti empiris apakah ukuran fungsional IT memoderasi
hubungan dari dimensi strategi  outsourcing  IT terhadap dimensi kenberhasilan
outsourcing IT.

  Manfaat Penelitian
1.  Pengembangan teoritis.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan model strategi outsourcing  IT yang tepat, khususnya untuk praktik
outsourcing  IT di Indonesia, dan diharapkan  hasil penelitian ini dapat dipakai
sebagai acuan untuk penelitian-penelitan mendatang.
2.  Pengembangan praktik
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi
setiap (Chief Information Officer) CIO atau Manajer IT  serta pihak-pihak yang
berkompeten dalam perusahaan dalam memperimbangkan starategi outsourcing IT
yang akan mereka pilih.

  Sistematika Penulisan
Tesis yang akan disusun akan mempunyai sistematika sebagai berikut:
Bab I    :

Berisi pendahuluan yangmencakup; latar belakang yang meliputi
permasalahan penelitian dan mengapa kasus ini penting untuk ditelit. Permasalahan penelitian berasal dari beberapa sumber seperti fenomena yang
terjadi di lapangan, hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan
hasil beragam dan beberapa teori yang berkaitan dengan kasus yang diteliti;
rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang didasarkan pada kajian awal
kasus, tujuan penelitian yang mengungkapkan hasil yang ingin dicapai melalui
proses penelitian; serta manfaat penelitian mengungkapkan pihak atau orang
yang akan memperoleh manfaat dari hasil penelitian.

Bab II : Berisi telaah pustaka dan pengembangan hipotesis, yang akan mencakup;
telaah pustaka yang memberikan penjelasan teori-teori seperti mengenai
perspektif kontigensi yang mungkin memoderasi efek hubungan antara strategi
terhadap keberhasilan  outsourcing  IT, definisi dan alasan  outsourcing  IT,
dimensi strategi  outsourcing yang berupa tingkat integrasi (degree of
integration), alokasi kendali (allocation of control), periode kinerja
(performance period); keberhasilan  outsourcing  IT  berupa kompetensi
strategis, efisiensi biaya dan percepatan teknologi. Kerangka pemikiran teoritis
menjelaskan hubungan antara  variabel yang diteliti seperti hubungan antara
tingkat integrasi terhadap keberhasilan  outsourcing  IT, alokasi kendali
terhadap keberhasilan  outsourcing  IT, periode kinerja terhadap keberhasilan
outsourcing  IT, dan efek moderasi dari jenis perusahaan, ukuran perusahaan
dan ukuran fungsional IT dalam hubungan antara strategi terhadap
keberhasilan outsourcing IT yang disertai dengan perumusan hipotesis.

 Bab II : Berisi metode penelitian yang akan menjelaskan mengenai; jenis dan sumber
data, populasi dan teknik pengabilan  sampel, metode pengumpulan data,
definisi operasional variabel dan teknik analisis.
Bab IV : ada bagian ini berisi  pembahasan dan hasil penelitian yang meliputi;
gambaran umum responden, profil responden, uji hipotesisi serta hasil dan
intepretasi hasil penelitian.
Bab V : Merupakan bagian akhir yang akan berisi kesimpulan, implikasi, ungkapan
keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya

untuk selengkapnya klik DISINI

Tesis Akuntansi Pengaruh Sensitivitas Kekayaan Eksekutif terhadap Manajemen Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005–2007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan dari perusahaan yang  Go Public merupakan suatu alat
yang sangat penting dan wajib untuk dilaporkan, karena laporan keuangan menurut
PSAK 01 Revisi (98) adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, para investor dan kreditor
yang hendak menanamkan modalnya dapat mempelajari dan mengamati
perkembangan perusahaan dari laporan keuangan yang disajikan, karena mereka
berharap dapat memperoleh hasil dari yang diinvestasikannya.
Namun, dalam pengelolaan aktivitas perusahaan, seringkali tindakan para
manajer bukan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan, melainkan justru
termotivasi untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri (Almilia & Silvy, 2006).
Kondisi ini muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan
dengan para manajer; dimana para manajer yang lebih banyak mengetahui tentang
informasi internal dan prospek perusahaan dimasa mendatang daripada pemilik
perusahaan atau para investor (Rahmawati  et al., 2006). Jika  dikaitkan dengan
peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi (Rahmawati et al., 2006).
Perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dengan para manajer
memiliki asumsi bahwa masing-masing pihak termotivasi oleh kepentingan dirinya
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan. Konflik ini terjadi karena adanya
pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan perusahaan, yang dalam teori
keuangan disebut konflik keagenan atau  agency conflict (Almilia & Silvy, 2006).
Pemisahan kepemilikan antara pemilik perusahaan dan pengelola (para manajer) ini
juga mengakibatkan pemilik membebankan tanggungjawab kepada pengelola untuk
melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan
keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi, adalah salah satu informasi
yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan antar berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan (Septoaji, 2002). 
Untuk mengkomunikasikan ketidakharmonisan dalam pengelolaan
perusahaan antara prinsipal dan agen diperlukan suatu pengelolaan perusahaan yang
transparan. Dalam perkembangan pengelolaan perusahaan pada beberapa waktu lalu
telah diperkenalkan suatu tata kelola perusahaan yang diharapkan dapat menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Tata kelola perusahaan ini lebih dikenal dengan
nama good corporate governance (GCG).
Sarnianto, (2001), mengatakan bahwa  Good corporate governance tidak
menjamin kinerja bisnis bagus, tetapi  bisa mengangkat nilai saham. Lebih jauh
Chandra dan Sarnianto, (2005), menjelaskan bahwa penerapan  good corporate
governance diyakini mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional perusahaan yang baik, efisien dan
menguntungkan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko
Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan pedoman GCG yang
pertama. Pedoman tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun
2001.  dst......
1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa
kompensasi berbasis ekuitas yang diberikan kepada para eksekutif telah memicu
keinginan untuk melakukan tindakan manipulasi data dengan melakukan manajemen
laba, yang secara  opportunistic digunakan untuk memaksimalkan kekayaan
eksekutif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan sensitivitas kekayaan eksekutif.
Untuk itu, diharapkan bahwa perusahaan yang memiliki dan menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik dapat meminimalisir tindakan manajemen laba oleh para
manajer.
Dengan demikian, sesuai latar belakang masalah, permasalahan pokok yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1.  Apakah terdapat hubungan antara Sensitivitas Kekayaan Eksekutif dengan
manajemen laba ?
2.  Apakah kekuatan Governance memperlemah hubungan antara Sensitivitas
Kekayaan Eksekutif dengan manajemen laba ?

1.3.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
untuk:
1.  Menganalisis hubungan antara Sensitivitas Kekayaan Eksekutif dengan
manajemen laba.
2.  Menganalisis pengaruh kekuatan  Governance dapat memperlemah
hubungan antara Sensitivitas Kekayaan Eksekutif dengan manajemen laba
atau tidak.

1.4.  Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam: 
1.  Memberikan masukan bagi pemilik perusahaan bahwa kompensasi
eksekutif berbasis ekuitas (harga saham) yang selama ini dipandang
sebagai mekanisme yang penting untuk menurunkan konflik-konflik
insentif antara pemilik dan pengelola, tetapi juga dapat menghasilkan
insentif bagi eksekutif untuk memanipulasi harga saham secara
opportunitic.
2.  Memberikan masukan bagi kalangan praktisi dan akademisi bahwa
variabel  corporate governance dapat digunakan juga sebagai variabel
moderating. 
3.  Memberikan masukan bagi kalangan praktisi bahwa sensitivitas kekayaan
yang dimiliki oleh para eksekutif tidak hanya dipengaruhi oleh gaji atau
bonus, tetapi juga dipengaruhi oleh kepemilikan saham yang dikuasai oleh
eksekutif karena adanya perubahan harga saham.
4.  Bagi peneliti lain, diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
5.  Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
teoritis dan referensi dalam perkembangan ilmu akuntansi di Indonesia.

untuk selengkapnya bisa di klik DISINI

Tesis Akuntansi PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN

                                                                             BAB 1
                                                                    PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Penggunaan konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk mengakui,
mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk
kewajiban dan beban. Dalam beberapa literatur teori akuntansi, hal ini sering disebut konsep
pesimisme yang dianggap lebih baik dari pada optimisme yang berlebihan. Konsep pesimisme
mengharuskan beban harus diakui segera dan pendapatan diakui setelah ada kepastian realisasi
(recognition), sedangkan  aktiva bersih cenderung di  nilai dibawah harga pertukaran atau harga pasar
sekarang dari pada harga perolehan (Hedriksen and Van Breda, 2000).
Wolk et al., (2001), menyebutkan konservatisme sebagai preferensi terhadap metoda-metoda
akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan, sementara nilai paling
tinggi untuk utang dan biaya, atau menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah. Implikasi
konsep konservatisme terhadap prinsip akuntansi yaitu akuntansi mengakui biaya atau rugi yang
kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang
walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 1989).
Selanjutnya untuk mengukur integritas informasi laporan keuangan, Standar Akuntansi
Keuangan (SAK, 2004 ) menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi
agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan.  Hedriksen and Van Breda (2000)
mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu  cost and benefit,
Relevance, Reliability, Comparability, dan Materiality. Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila
dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil
keputusan, dan informasi tersebut adalah reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai
informasi bergantung pada informasi tersebut.
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (realible). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat di andalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan (SAK, 2004). Informasi akuntansi yang tidak  reliability
menyebabkan jatuhnya perusahaan-perusahaan raksasa dunia pada awal dekade
2000an akibat dari skandal kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang
melibatkan perusahaan besar, karena melakukan tindakan  earnings management,
telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas
diketahui, antara lain Enron, Merck, WorldCom dan mayoritas perusahaan lain di
Amerika Serikat (Cornett et al., 2006), (Siswanto & Aldridge, 2005). 
Dalam kasus Enron misalnya, satu dampak yang sangat jelas yaitu kerugian
yang ditanggung para investor dari ambruknya nilai saham dan sangat dramatis dari
harga per saham US$ 30 menjadi hanya US$ 10 dalam waktu dua minggu. Per-
tanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa suatu perusahaan kelas dunia dapat
mengalami hal yang sangat tragis dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah
hasil audit keuangan perusahaannya dinyatakan “wajar tanpa syarat” (Alijoyo, 2003).
Di Indonesia kasus-kasus manipulasi skandal laporan keuangan, seperti PT.
Lippo, Tbk dan PT. Kimia Farma, Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan
(financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).
Dalam kasus laporan keuangan ganda PT. Lippo, TBK atau Lippogate itu juga
merupakan skandal yang sangat serius karena melibatkan bukan hanya badan swasta,
tapi juga institusi-institusi yang merupakan instrumen kepanjangan tangan
pemerintah, misalnya BPPN, Bapepam, Bursa Efek Jakarta (BEJ), serta Bank
Indonesia (BI). Skandal  Lippogate dimulai kasus laporan keuangan ganda yang
semua berkategori "audited" oleh Bank Lippo pada September 2002 dan Desember
2003. www.tempointeraktif.com, dan www.bpkp.go.id  dst.......

1.2. Rusmusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut ;
1)  Apakah mekanisme  corporate governance (proporsi kepemilikan institusional,  jumlah
komisaris independen dan komite audit)  berpengaruh terhadap integritas informasi laporan
keuangan?
2)  Apakah variabel moderating kualitas kantor akuntan publik (jumlah patner dan izin akuntan
badan usaha, audit Brand Name (KAPA/OAA), dan spesialisasi
industri auditor) berpengaruh terhadap integritas informasi laporan keuangan?
3)  Apakah variabel moderating proporsi kepemilikan institusional, kualitas KAP (jumlah patner
dan izin akuntan badan usaha,  audit Brand Name (KAPA/OAA),  dan spesialisasi industri
auditor) dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lain, serta
variabel kontrol  firm size berpengaruh terhadap integritas informasi laporan keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ;
1)  Bukti empiris bahwa mekanisme  corporate governance (proporsi kepemilikan institusional,
komisaris independen dan komite audit) berpengaruh terhadap integritas informasi laporan
keuangan.
2)  Bukti empiris bahwa variabel moderating kualitas kantor akuntan publik (jumlah patner dan izin
akuntan badan usaha,  audit Brand Name (KAPA/OAA),  dan  spesialisasi industri auditor)
berpengaruh terhadap integritas informasi laporan keuangan.
3)  Bukti empiris variabel moderating proporsi kepemilikan institusional, kualitas KAP (jumlah
patner dan izin akuntan badan usaha, audit Brand Name (KAPA/OAA), dan spesialisasi industri
auditor) dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lain, serta
variabel kontrol  firm size berpengaruh terhadap integritas informasi laporan keuangan.
 
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi bagi pihak-pihak yang 
berkepentingan, yaitu ;
1)  Bagi regulator atau pemerintah dalam hal menambah pemahaman tentang keterkaitan corporate
governance dan membuat kebijakan yang berkaitan dengan penerapan  good corporate
governance dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat bisnis terhadap integritas
informasi laporan keuangan.
2)  Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana bahwa individual perusahaan,
bukan hanya di tingkat negara, memiliki kontrol dalam tingkat proteksi yang ditawarkan kepada
pemegang saham minoritasnya.
3)  Bagi para peneliti dan akademisi dalam menjawab pertanyaan apakah secara empiris terdapat
pengaruh mekanismes  corporate governance, dan kualitas kantor akuntan publik terhadap
integritas informasi laporan keuangan.
4)  Bagi perkembangan ilmu akuntansi, sebagai suatu bahan kajian dan pertimbangan bagi peneliti
selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti kualitas  corporate governance,  dan kualitas kantor
akuntan publik sebagai variabel moderating terhadap integritas informasi laporan keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan Tesis
Pembahasan dalam penelitian ini disampaikan dalam 5 (lima) bab yang dimaksudkan untuk
memberi gambaran umum penulisan tesis sehingga dapat memperjelas isi tesis. Sesuai ketentuan yang
berlaku, maka penulisan tesis ini mencakup sebagai berikut:
 Bab 1 adalah pendahuluan yang akan membahas mengenai latar belakang masalah, dalam
latar belakang masalah dijelaskan berbagai hal yang melatarbelakangi masalah yaitu analisa pengaruh
hubungan mekanisme  corporate gove-nance, dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas
informasi laporan keuangan dan pengembangan perbedaan penelitian sebelumnya. Rumusan masalah,
dalam rumusan masalah akan diuraikan masalah penelitian yang akan dibahas serta berdasarkan
pemikiran teoritis untuk pembuktian hasil penelitian. Tujuan penelitian, bagian tujuan penelitian ini
menguraikan apa maksud dan  tujuan yaitu melalui proses pengujian penelitian yang hendak dicapai
serta kegunaan dari penelitian ini bagi pihak lain. Manfaat penelitian, penelitian ini diharapkan
mampu memberikan telaah baru bagi pengembangan penelitian sebelumnya dan berguna bagi semua
pihak yang ingin mengembangkan hasil penelitian ini.
Bab 2 adalah merupakan bab tinjauan pustaka yang akan membahas, landasan teori (Telaah Teori) berisi teori dan dasar yang relevan serta fakta yang terjadi dari sumber penelitian sebelumnya.
Telaah teori akan menguraikan secara sistematik, runtut dan rasional mengenai teori-teori dasar yang
relevan dengan penelitian ini, dan mengungkapkan fakta-fakta hasil penelitian sebelumnya. Kerangka
konseptual penelitian dan pengembangan hipotesis akan disentesis, diabstraksi, dan diekstrapolasi dari
berbagai teori atau penelitian ilmiah, yang mencerminkan paradigma, sekaligus tuntunan untuk
memecahkan masalah penelitian dan untuk merumuskan hipotesis, yang akan disajikan dalam bentuk
bagan. Pengembangan hipotesis merupakan proposi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka
konseptual penelitian. Hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang akan diuji kebenarannya, melalui hasil pengolahan data. 
Bab 3 adalah merupakan bab metode penelitian. Pertama, bab ini akan mem-bahas mengenai
desain penelitian, untuk mengungkapkan jenis penelitian yang akan dilakukan, sebagai dasar dalam
menentukan tipe metode penelitian yang akan dilaku-kan. Kedua, adalah populasi dan sampling
penelitian, yang akan memuat penjelasan populasi subyek penelitian, sampel penelitian, besar sampel
penelitian dan teknik pengambilan sampel. Ketiga, adalah pembahasan mengenai definisi operasional
dan pengukuran variabel, yang menjelaskan identifikasi variabel yang akan diteliti me-liputi variabel
dependen, variabel independen dan (variabel moderating) varibel kontrol, beserta pengukuran untuk
masing-masing variabel tersebut. Bagian keempat, akan menjelaskan prosedur pengumpulan data,
yaitu bagian yang memuat uraian ten-tang cara dan prosedur pengumpulan data secara rinci. Kelima,
adalah teknik analisis, yang berisi tentang uraian cara yang digunakan dalam menganalisa data,
disertai dengan alasan atau pembenaran penggunaan cara analisis tersebut, termasuk juga alasan
penggunaan alat uji statistik. 
Bab 4 adalah merupakan bab yang membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan.
Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian, akan
mengungkapkan hasil pengujian hipotesis. Materi ini menginformasikan hasil pengujian statistik atas
data empirik. Pembahasan akan menguraikan diskusi antara hasil penelitian ini, hasil penelitian
sebelumnya dan teori/proposi yang menjadi acuan,  menganalisis  dan mengungkapkan hasil 
penelitian, perbedaan hasil penelitian sebelumnya,  dan teori yang menjadi acuan.
Bab 5 adalah merupakan bab kesimpulan dan saran penelitian, berisi kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Keterbatasan penelitian, berisi prospek penelitian yang ditemukan dari hasil penelitian. Saran penelitian dari hasil penelitian untuk penelitian baru atau
penelitian mendatang.

untuk selenkapnya klik DISINI

Tesis Akuntansi PENGARUH MASA PENUGASAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, KEPEMILIKAN MANAJEMEN, DAN KEBERADAAN KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS LABA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai
sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan. Pada tahun 1998 sampai dengan 2001 tercatat telah terjadi
skandal keuangan di beberapa perusahaan publik dengan melibatkan persoalan
laporan keuangan yang pernah diterbitkannya. Beberapa kasus yang terjadi di
Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan
pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. 
 Seperti dinyatakan dalam kerangka konseptual  Financial Accounting
Standards Board (FASB)  bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan
sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan
sumber daya pemilik. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan
keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba
sebagaimana dinyatakan dalam  Statement of Finacial Accounting Concepts
(SFAC nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif
(FASB, 1980). Menurut PSAK nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai
perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di
masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
tambahan sumber daya (IAI, 2004).
Proses penyusunan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh auditor,
secara periodik ditinjau kembali oleh pemerintah. Walaupun demikian,
kecurangan yang tinggi atau kebangkrutan, kedekatan hubungan antara klien
dengan kantor akuntan publik masih sering terjadi. Hal ini yang menjadi motivasi
bagi McClaren 1958; Winters 1976; United Stated Senate (Metcalf Committee)
1976; Hoyle 1978; GAO 1991; Gietzmann and Sen (1997) untuk meneliti tentang
kecurangan yang tinggi atau kebangkrutan, kedekatan hubungan antara klien
dengan perusahaan audit. Selama periode yang sama, penggantian perusahan audit
yang bersifiat  mandatory  diartikan sebagai sebuah penawaran solusi yang
mungkin untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan.
 Dopuch, King, dan Schwartz (2001) telah menguji apakah penggantian
dan atau mempertahankan auditor yang bersifat mandatory  dapat meningkatkan
independensi auditor. Dengan membandingkan pelaporan auditor pada empat
area, yaitu: (1) area yang tidak menghendaki penggantian atau mempertahankan
auditor, (2) area yang menghendaki mempertahankan auditor, (3) area yang
menghendaki penggantian auditor, (4) area yang menghendaki keduanya
penggantian dan mempertahankan auditor. Dopuch  et.al (2001) menemukan
bahwa penggantian yang dikehendaki di dalam area (3) dan (4) dapat menurunkan
kepedulian subjektivitas auditor untuk menerbitkan laporan yang bias, relatif
terhadap dua area yang tidak menghendaki penggantian. Di dalam area (1) dan (2)
subjektivitas manajer secara sukarela mempertahankan auditor yang sama selama
beberapa periode. dst......
1.2. Rumusan Masalah
  Salah satu komponen utama dari proses pelaporan yang penting untuk
dibicarakan adalah integritas pelaporan dan  earning quality  yang semuanya itu
merupakan bagian dari kualitas audit, diantaranya yang dapat didefinisikan
sebagai kapasitas dari audit eksternal adalah untuk mendeteksi kesalahan material
dan ketidaklayakan lainnya. Berdasarkan penelitiannya Johnson,  et.al. (2002)
yang menguji sejauh mana hubungan antara suatu perusahaan dengan kantor
akuntan publik (masa penugasan kantor akuntan publik) dihubungkan dengan
kualitas laba, maka hipotesis pertama, penelitian ini akan menguji pengaruh masa
penugasan kantor akuntan publik dengan kualitas laba. Dikatakan bahwa semakin
lama hubungan antara perusahaan audit dengan kliennya akan dapat mengurangi
independensi auditomya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas laba yang
dihasilkan. Akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Johnson, et.al. (2002)
menunjukkan sebaliknya, bahwa masa penugasan kantor akuntan publik yang
lama (lebih dari 9 tahun) tidak terdapat penurunan kualitas pelaporan keuangan
yang dilihat dari kualitas laba. Dengan masa penugasan yang lama maka
pekerjaan yang sama dan berulang telah dilakukan, hal tersebut akan semakin
meningkatkan pengetahuan spesifik auditor terhadap kliennya.
 Kedua, berdasarkan penelitiannya Kane,  et.al (2005) yang meneliti
tentang pengaruh kepemilikan manajemen  terhadap permintaan jasa audit yang
berkualitas, maka pada penelitian ini akan dikembangkan menguji pengaruh
kepemilikan manajemen  terhadap kualitas laba. Adanya isu yang lebih luas mengenai  earning quality,  dalam pembahasan ini mempertimbangkan hubungan
agency yang akan menjelaskan apakah kualitas laba bisa dipengaruhi oleh level
dari kepemilikan manajemen  yang ada dalam perusahaan. (1) menurut teori
kontemporer tentang perusahaan, kepemilikan managerial yang rendah, akan
mengandung  agency risk  yang lebih besar. Maka pemegang saham akan
menginginkan adanya jasa audit untuk memonitor perilaku manajer dan menjaga
laporan keuangan yang disajikan tetap berkualitas. Hal ini dianggap sebagai
wujud mengantisipasi terhadap akibat dari perbedaan kepentingan. (2) Ketika
level dari kepemilikan oleh manajemen meningkat, maka kekuasaan dan pengaruh
manajer untuk menggunakan sumber daya juga akan meningkat.
 Struktur kepemilikan manajemen  digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang
dan equity,  tetapi juga oleh prosentase kepemilikan manajemen dan institusional
(Jensen and Meckling, 1976). Proporsi kepemilikan saham akan mempengaruhi
kualitas laba yang dilaporkan. Apabila manajer adalah pemilik, maka manajer
tersebut tidak akan termotivasi untuk melakukan manajemen laba. Dengan kata
lain, semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen maka laba yang
dilaporkan akan semakin berkualitas.
 Ketiga, salah satu bentuk dari  Good Corporate Governance  adalah
perusahaan harus membentuk komite audit. Namun sampai saat ini penerapan
konsep GCG menghadapi kendala karena agency problem, konsep GCG sendiri
muncul karena agency problem itu sendiri. Problem itu muncul karena perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen. Pada perusahaan dengan kepemilikan saham yang terkonsentrasi, perbedaan kepentingan muncul antara  Controlling
Share Holder sebagai agen dengan Minority Shareholder sebagai prinsipal.
 Solusi lain yang digunakan dalam mengatasi  agency problem  adalah
hadimya pihak ketiga untuk menilai laporan yang dibuat oleh agen dalam
melaksanakan kontrak. Selama ini, auditor eksternal telah diakui peranannya
sebagai pihak yang independen yang menilai kewajaran laporan. Tetapi auditor
eksternal juga menyisakan masalah krusial. Oleh karena itu dibutuhkan komite
audit.
 Untuk mengatasi masalah keagenan tersebut, maka komite audit
difungsikan sebagai pelaksana pengawasan dan berhubungan dengan pihak
pemakai laporan keuangan (pemegang saham, investor) serta fungsi-fungsi khusus
yang berhubungan dengan etika bisnis perusahaan. Sedangkan tugas dan
tanggungjawab komite audit yang pertama  adalah melakukan penelaahan atas
informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan,
proyeksi, dan informasi keuangan lainnya. Dalam pelaporan keuangan, peranan
dan tanggung jawab komite audit adalah pengawasan proses pembuatan laporan
keuangan, dengan penekanan pada kepatuhan terhadap standar dan policy
akuntansi yang berlaku. Karakteristik komite audit secara umum dan khususnya
komposisi komite audit dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan
terhadap tindakan manajemen laba. Keberadaan komite audit dapat memberikan
kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan
yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. 
 Dari penjelasan di atas dapat disingkat dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah masa penugasan kantor akuntan publik  akan mempengaruhi kualitas
laba?
2. Apakah kepemilikan manajemen akan mempengaruhi kualitas laba?
3. Apakah keberadaan komite audit  akan mempengaruhi kualitas laba?

1.3. Tujuan Penelitian
 Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh masa penugasan kantor
akuntan publik, kepemilikan manajemen,  keberadaan komite audit, terhadap
kualitas laba.

1.4. Manfaat Penelitian
Pertama, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi pemerintah dalam
membuat aturan masa penugasan dan penggantian kantor akuntan publik. Hasil
penelitian ini memberikan bukti empirik dalam melihat penugasan dan
penggantian kantor akuntan publik.
 Kedua, kualitas laba akan dihubungkan dengan presentase kepemilikan
manajemen. Hasil penelitian ini memberikan bukti empirik dalam melihat aturan
pembatasan kepemilikan saham oleh manajer.
 Ketiga, kualitas laba akan dihubungkan dengan keberadaan komite audit.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empirik dalam melihat ketepatan proksi
yang digunakan keberadaan komite audit dan pengaruhnya terhadap kualitas laba.

Untuk selengkapnya bisa di klik DISINI

Tesis Akuntansi ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT YANG DIRASAKAN DAN KEPUASAN AUDITEE DI PEMERINTAHAN DAERAH Studi Lapangan pada Pemerintah Daerah KalBar tahun 2009


BAB I 
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah merupakan tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi
sektor publik (Badjuri dan Trihapsari, 2004). Selanjutnya Badjuri dan Trihapsari
(2004) mengatakan bahwa akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan
untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang dilakukan aparatur
pemerintah berjalan dengan baik. Hal tersebut seiring dengan tuntutan masyarakat
agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme dan
akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah
pusat/daerah. Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus didukung audit
sektor publik yang berkualitas, karena jika kualitas audit sektor publik rendah,
kemungkinan memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah melakukan
penyimpangan penggunaan anggaran. Selain itu juga mengakibatkan risiko tuntutan
hukum (legitimasi) terhadap aparatur pemerintah yang melaksanakannya.
 Basuki dan Krisna (2006) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan suatu
issue yang komplek, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut
menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal yang
sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas
pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan
waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien. DeAngelo
(1981) dalam Deis dan Giroux (1992) mendefinisikan kualitas audit sebagai
“probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan
dalam sistem akuntansi klien”.  dst........

1.2 Rumusan Masalah
 Audit yang dilakukan pada sektor publik berbeda dengan yang dilakukan
pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar
belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik mempunyai prosedur
dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor
swasta (Wilopo, 2001). Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai
kewajaran laporan keuangan pemerintah, tetapi juga menilai ketaatan aparatur
pemerintahan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu,
auditor sektor publik juga memeriksa dan menilai kinerja yang mencakup: hemat
(ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program
yang dilakukan pemerintah (SPKN, 2007).
 Kualitas audit sebenarnya melekat pada auditor sebagai pihak pelaksana dari
audit (Otley dan Pierce, 1996). Anggota tim audit harus memiliki kompetensi di
beberapa bidang ilmu atau pekerjaan (di semua sektor yang di periksa), tidak hanya
pada bidang akuntansi, agar kualitas audit pemerintah berkualitas. Kualitas audit
pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor dan independensi auditor
(Wilopo, 2001). Lebih lanjut Wilopo (2001) menjelaskan bahwa kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama, yaitu bahwa staf yang ditugasi
untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum yang ketiga, yaitu
bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Independensi
auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama dan
memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, karena auditor dapat
mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang
diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat independen.

 Atribut-atribut kualitas audit dalam penelitian Carcello et al., (1992)
digunakan untuk menilai kualitas audit dan kepuasan auditee pada penelitian-
penelitian terdahulu (Sutton, 1993; Bhen et al., 1997; Ishak, 2000; Dewiyanti, 2000;
Widagdo, 2002; Hanafi, 2004; Samelson et al., 2006 dan Lowensohn et al., 2007).
Kemudian digunakan kembali pada penelitian ini, karena sudah dinilai relevan dan
sering digunakan dalam menilai kualitas audit dan kepuasan auditee. Atribut-atribut
tersebut meliputi: lamanya firm audit menjadi auditor, tim audit memiliki keahlian
yang diperlukan untuk dapat melakukan audit, tim audit  tanggap terhadap schedule
kebutuhan klien, tim audit yang menjaga independensi in appearance dan in fact
(dalam fakta dan penampilan), tim audit memperhatikan profesionalisme dalam
melakukan perikatan audit, manajer dalam perikatan audit secara aktif terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit (memimpin), pengertian yang cukup dari tim
audit terhadap sistem akuntansi klien, tim audit harus mempelajari pengendalian
internal klien secara mendalam, pelaksanaan pekerjaan lapangan tim audit dan tim
audit menjaga sikap skeptipisme secara profesional dalam perikatan audit.

 Atribut-atribut tersebut digunakan untuk menilai kualitas audit dan kepuasan
auditee pada auditor independen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian kembali
untuk menilai kualitas audit dan kepuasan auditee pada auditor pemerintah. Dari
uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah, sebagai
berikut:
 Faktor-faktor manakah dari atribut kualitas audit, yang merupakan penentu
terhadap kualitas audit yang dirasakan?
 Faktor-faktor manakah dari atribut kualitas audit, yang merupakan penentu
terhadap kepuasan auditee?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menentukan faktor-faktor dalam atribut kualitas audit yang secara positif
berhubungan dengan kualitas audit yang dirasakan.
Menentukan faktor-faktor dalam atribut kualitas audit yang secara positif
berhubungan dengan kepuasan auditee.
Menunjukkan arah hubungan faktor-faktor tersebut terhadap kualitas audit yang
dirasakan dan kepuasan auditee.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Kontribusi Teoritis
Memberikan kontribusi terutama pada literatur-literatur akuntansi
pemerintahan tentang faktor-faktor yang tidak dapat diabaikan dalam penentuan
kualitas audit yang dirasakan dan kepuasan auditee.

Memberikan kontribusi berupa dorongan terhadap perubahan sistem
akuntansi pemerintahan yang dapat meningkatkan kualitas audit yang dirasakan dan
kepuasan auditee untuk mewujudkan Good Coorporate Government.
1.4.2 Kontribusi Praktik
 Memberikan kontribusi terhadap praktisi dalam proses pemeriksaan atau
audit yang dilakukan BPK, diharapkan dengan temuan ini BPK dapat meningkatkan
kinerja kualitas auditnya sebagai Auditor Pemerintah.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam lima bagian. Bagian
pertama, berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, membahas mengenai tinjauan
pustaka yang berkaitan dengan telaah teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran
teoritis, dan hipotesis penelitian. Bagian ketiga, membahas metode penelitian
mengenai desain penelitian, unit analisis, populasi dan sampel, teknik pengambilan
sampel, operasionalisasi variabel, lokasi dan waktu penelitian, data dan metode
pengumpulan, dan teknik analisis data. Bagian keempat, merupakan hasil penelitian
dan pembahasan yang terdiri dari data penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
Bagian kelima, berisikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran.

untuk selengkapnya bisa di klik disini





Tesis Akuntansi PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI TERHADAP KINERJA AUDITOR INTERNAL DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA PT. BANK ABC)


 BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1.  Latar Belakang Masalah
Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang efektif merupakan komponen yang
penting dalam manajemen bank dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional bank yang
sehat dan aman. Sistem Pengendalian Intern yang efektif dapat membantu pengurus
bank menjaga aset bank, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang
dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian.
Terselenggaranya Sistem Pengendalian Intern bank yang handal dan efektif
menjadi tanggung jawab dari pengurus dan para pejabat bank. Bank Indonesia sebagai
lembaga otoritas moneter mewajibkan setiap bank umum untuk memiliki sistem
pengendalian yang intern yang baik. Sejalan dengan  hal itu Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan No.8/4/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penerapan
Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum, bahwa bank wajib menerapkan
fungsi audit intern bank sebagaimana ditetapkan dalam Standar Pelaksanaan Fungsi
Audit Intern Bank (SPFAIB). Bank wajib menyusun Piagam Audit Intern (Internal
Audit Charter), membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dan menyusun panduan
audit intern.  

Pada tahun 2006 Bank Indonesia kembali mengeluarkan peraturan
No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 September 2006 yang mewajibkan setiap bank untuk
menerapkan prinsip-prinsip  Good Corporate Gorvernance. Yang dimaksud dengan
Good Corporate Governance  adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-
prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility),  independensi (independency),  dan kewajaran (fairness). Dalam
peraturan tersebut Bank Indonesia sekali lagi mewajibkan kepada setiap bank untuk
membentuk Satuan Kerja Audit Intern yang independen.
PT. Bank ABC sebagai salah satu bank pemerintah, telah memiliki SKAI yang
dikenal dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI). Ketentuan umum mengenai
pelaksanaan audit internal di PT. Bank ABC telah disempurnakan berdasarkan intruksi
No. IN/050/SPI tgl. 13-06-2006. Ketentuan umum juga memuat visi, misi, motto, tujuan
dan ruang lingkup kegiatan dari SPI. Kegiatan utama dari SPI adalah untuk memberikan
rekomendasi perbaikan terhadap efektivitas dan efisiensi kinerja, kualitas dan efektifitas
pengelolaan risiko serta kecukupan dan efektifitas pengendalian intern.  
   Agar setiap internal auditor di PT. Bank ABC dapat melaksanakan tugas
utamanya dengan baik diperlukan peranan supervisi dari lini pimpinan SPI.  Menurut
Comstock (1994) yang dimaksud dengan supervisi adalah tindakan mengawasi atau
mengarahkan penyelesaian pekerjaan. Seiring dengan  perjalanan waktu, supervisi
dikatakan sebagai proses yang dinamis.  
 Kemampuan supervisor dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan pada
perilaku karyawan. Demikian juga dengan iklim partisipatif yang diciptakan oleh supervisor dapat memiliki pengaruh substansial daripada melakukan partisipasi dalam
suatu keputusan spesifik, karena merasa mendapat perhatian dan dukungan yang cukup
dari atasannya. (Luthans, 1995). Salah satu bentuk  dari supervisi adalah mentoring
(pelatihan) yang didefinisikan sebagai proses membentuk dan mempertahankan
hubungan yang berkembang, berlangsung secara intensif dari karyawan senior
(pementor) dan karyawan junior. Dirsmith (1985) mengemukakan  mentorship
memegang peran utama dalam sosialisasi akuntan pemula di kantor akuntan publik. dst.......


1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, secara empiris diuji pengaruh tindakan supervisi
terhadap kinerja internal di PT. Bank ABC dengan motivasi kerja sebagai variabel
intervening. Masalah yang diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1.  Apakah tindakan supervisi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor
internal.
2.  Apakah tindakan supervisi mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja.
3.  Apakah tindakan supervisi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor
internal melalui motivasi kerja.
1.3.  Tujuan Penelitian
 Penelitian ini bertujuan untuk:
1.  Menganalisis pengaruh tindakan supervisi terhadap kinerja auditor internal.
2.  Menganalisis pengaruh tindakan supervisi terhadap motivasi kerja.
3.  Menganalisis pengaruh tindakan supervisi terhadap kinerja auditor internal melalui
motivasi kerja.
1.4  Manfaat Penelitian
1.  Segi akademis, penelitian diharapkan dapat memberi  masukan terhadap
pengembangan ilmu akuntansi khususnya akuntansi prilaku.

2.  Segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam mengelola sumber daya manusia pada umumnya dan auditor internal
khususnya.
1.5.  Sistematika Penulisan Tesis
 Tesis ini di bahas ke dalam 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan, terdiri dari 5
(lima) sub bab, meliputi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Dalam latar belakang dikemukakan hal-hal yang
mendorong untuk dilakukan penelitian terhadap kinerja auditor internal di PT. Bank
ABC. Rumusan masalah merupakan penegasan permasalahan sehubungan dengan
pengukuran atau analisis pengaruh positif tindakan  supervisi terhadap kinerja auditor
internal  dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening. Tujuan penelitian
menyatakan keinginan untuk mengetahui apakah ada pengaruh tindakan supervisi
terhadap kinerja auditor internal dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening.
Manfaat penelitian menyatakan harapan terhadap hasil-hasil yang diperoleh dari analisis
pengaruh positif dan signifikan aspek-aspek tindakan supervisi terhadap kinerja auditor
internal dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening.
 Bab II  memuat uraian tentang tinjauan pustaka, penelitian sebelumnya, kerangka
pemikiran teoritis dan perumusan hipotesis. Tinjauan pustaka menguraikan landasan
teori yang digunakan sebagai acuan dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya. Bab II
ini juga menguraikan tentang penelitian sebelumnya  yang ada kaitannya dengan tema
penelitian yang dilakukan. Selanjutnya bab ini menguraikan tentang kerangka pemikiran

teoritis atau pemahaman tentang konsep hipotesis dari penelitian ini yang didasarkan
telaah pustaka.
 Bab III memuat uraian mengenai metode penelitian, terdiri dari jenis dan sumber
data, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, definisi
operasional dan pengukuran variabel serta teknik analisis. Bab IV menguraikan tentang
gambaran umum responden, proses pengujian dan analisis data, analisis data, uji
hipotesis.
 Tesis ini diakhiri dengan simpulan dari hasil pengujian hipotesis di Bab V yang
juga menguraikan beberapa keterbatasan penelitian yang dilakukan dan diakhiri dengan
saran-saran untuk Pimpinan PT. Bank ABC, maupun saran untuk penelitian selanjutnya.

untuk selengkapnya bisa di klik disini